Laman

Sabtu, 19 Juli 2014

PEMBANGUNAN KARAKTER ADI WIYATA : STUDI TENTANG PENANAMAN NILAI NATURAL ORIENTED AND CULTURE ORIENTED DI SMA N 1 SUKAWATI

PEMBANGUNAN KARAKTER ADI WIYATA  :  STUDI TENTANG PENANAMAN NILAI NATURAL ORIENTED AND CULTURE ORIENTED  DI SMA N 1 SUKAWATI

ABSRACT
This study aimed to describe the shape of school culture in the achievement of superior character , character education through the enculturation process based on the value of the natural environment and cultural values ​​and spirit of religiosity that is imparted to the students , as well as a social phenomenon arising from behind the glittering " character development " in SMA N 1 Sukawati . This study used a qualitative descriptive approach to data collection using observation , interviews , and documentation . The results show that an implementation of the character education school in SMA N 1 Adiwiyata Sukawati 3 points include , among others : Character education in schools adiwiyata SMA N 1 Sukawati based on the balance between academic and non-academic ( natural and cultural ) , the value placed on educational entities religiosity urgent , character education can be applied memalui each subject ( indirect learning ) . The ethos of achievement and internalization of character is built through teaching and learning, school orientation activities , extracurricular activities , contest or award against the scientific achievement, and cooperation between the school and the parents are going pretty intensive . Strict selective process in choosing new students aimed to obtain the "input" quality so expect the "process" will work well and will produce "output" valuable “gold students" where they are expected to enter the world of college quality so proud of his alma mater . Social phenomena are also present in the glittering brightness of the embedded shape character appears disobedience and saturation of the students themselves , so it is also found that violations should be avoided .

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk budaya sekolah berkarakter yang unggul dalam prestasi, proses enkulturasi melalui pendidikan karakter yang berbasis pada nilai lingkungan alam dan nilai budaya dan semangat religiusitas yang ditanamkan kepada peserta didik, serta fenomena sosial yang timbul dari balik gemilangnya “Pembangunan karakter” di SMA N 1 Sukawati. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk implementasi pendidikan karakter sekolah Adiwiyata di SMA N 1 Sukawati mencakup  3 poin antara lain: Pendidikan karakter di sekolah adiwiyata SMA N 1 Sukawati dilandaskan pada keseimbangan antara  akademik dan non akademik ( alam dan budaya ), nilai religiusitas ditempatkan pada entitas pendidikan yang urgen, Pendidikan karakter dapat diterapkan memalui setiap mata pelajaran ( indirect Learning ). Etos prestasi dan internalisasi nilai karakter dibangun melalui proses belajar mengajar, kegiatan orientasi sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, sayembara ilmiah ataupun penghargaan terhadap yang berprestasi, dan kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa yang berjalan cukup intensif. Proses selektif yang ketat dalam memilih mahasiswa baru ditujukan untuk memperoleh “input” yang berkualitas sehingga diharapkan “proses” akan berjalan baik dan akan menghasilkan “output” yang bernilai “gold students” dimana mereka diharapkan mampu masuk dalam dunia perguruan tinggi yang berkualitas sehingga membanggakan almamaternya. Fenomena sosial yang turut hadir pada gilang gemilangnya bentuk karakter yang ditanamkan yakni muncul ketidakpatuhan dan kejenuhan dari siswa sendiri, sehingga dijumpai pula berbagai pelanggaran yang selayaknya harus dihindari.











                                                          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut undang-undang No. 2 tahun 1989, tetang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa datang, dan menetapkan bahwa sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
Sekolah sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen perubahan harus dapat menyesuaikan diri dan dapat mengantisipasi terhadap perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu. Perubahan terjadi sepanjang hidup, sekolah yang berkembang artinya berubah menjadi lebih baik. Perubahan di sekolah selalu melibatkan banyak pihak antara lain, pendidik, tenaga pendidikan, siswa, orangtua siswa, dan sebagainya. Tugas kepala sekolah adalah sebagai agen utama perubahan yang mendorong dan mengelola agar semua pihak yang terkait, termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut.
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan kebijakan tentang pengkategorian sekolah berdasarkan tingkat keterlaksanaan standar nasional pendidikan ke dalam kategori standar, unggulan,bertaraf Nasional dan bertaraf internasional. Sekolah Unggulan/Sekolah Standar Nasional (SSN) adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi standar nasional pendidikan.  Pasal 11, Ayat 3 menjelaskan beban belajar dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS). Dan sekolah unggulan adalah sekolah yang telah memenuhi atau melebihi Standar Nasional Pendidikan.
Pelaksanaan program rintisan sekolah kategori mandiri didukung pemberian dana block grant oleh pemerintah yang mempunyai  prinsip dan tujuan seperti terkandung dalam program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yaitu memandirikan dan memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Seperti halnya di atas,. SMA N 1 Sukawati merupakan sekolah rintisan kategori Mandiri. SMA N 1 Sukawati merupakan salah satu sekolah yang memiliki keunggulan dalam bidang konservasi. SMA N 1 Sukawati berdiri pada Tahun 1987. Letak geografisnya yaitu di Desa Batuan  Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar, Bali.. SMAN 1 Sukawati menjadi paling diminati pada penerimaan siswa baru. Penerimaaan siswa baru di SMA N 1 Sukawati melalu 2 jalur, yaitu (1) 30% (87 orang dari 1098) siswa diterima lewat jalur prestasi olahraga dan seni. (2) dan sisanya lewat jalur tes akademik.
SMA N 1 Sukawati mendidik siswanya untuk memiliki sikap ramah terhadap lingkungan dan budaya sesuai dengan visi SMA N 1 Sukawati yang unggul dalam prestasi dan disiplin, berwawasan lingkungan, berpijak pada budaya Bali dan karakter Bangsa.
Maka dari itu kami mengambil judul “ Pembangunan Karakter Adiwiyata (Studi Kasus Penanaman Nilai Nature Oriented dan Culture Oriented di SMA N 1 Sukawati, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali)”
B.     Rumusan Masalah
Dari pendahuluan diatas, dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SMA N 1 Sukawati
2.    Bagaimana keunggulan






METODE PENELITIAN
1.             Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5). Penelitian kualitatif daris sisi definisi lainnya dikemukankan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang.
Penelitian dengan metode kuantitatif ini menggunakan tipe penelitian Studi kasus dan observasi dengan tujuan mengetahui implementasi pendidikan karakter di SMA N 1 Sukawati.
2.             Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sukawati, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.Alasan kita memilih SMA N 1 Sukawati sebagai obyek penelitian, Karena SMA tersebut memiliki keunggulan di bidang konservasi.
3.             Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan observasi, FGD, wawancara mendalam, dan sudi kasus (Wimmer, 2000: 110; Sendjaya, 1997: 32 dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kriyantono 2008: 93) adalah teknik yang lazim dipergunakan oleh seorang peneliti kualitatif.




HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      Proses Belajar Mengajar
Implementasi kurikulum di SMA 1 SUKAWATI dalam proses belajar mengajar dilakukan secara implisit oleh setiap guru masing-masing mata pelajaran pada saat awal dimulainya pelajaran, guru akan menyampaikan motivasi untuk penguatan karakter siswa yang berlangsung 15 menit. Kemudian langsung disambung dengan pelajaran. Setiap guru juga mengecek kelengkapan siswa baik dalam hal seragam maupun maupun daftar hadir siswa secara double. Jika terdapat siswa yang tidak memakai kelengkapan seragam akan diberi sangsi oleh guru tersebut dalam bentuk menyiram tanaman ataupun melakukan sembahyang di Pura. Nilai-nilai yang ditekankan pada siswa dalam proses belajar mengajar ini adalah kedisiplinan, kejujuran, kesopanan dan ketertiban.

2.      Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Dari bidang kegiatan organisasi siswa intra sekolah, implementasi pendidikan karakter ditanamkan dalam tahap awal ketika mendaftarkan dan melewati seleksi, agenda yang dilakukan hingga pergantian anggota baru. Semuanya dilakukan secara ketat melalui tes LKBB, tes wawancara, peminatan dan tes tertulis yang dilakukan oleh guru pembina OSIS. Kemudian sebagai anggota OSIS harus dapat menjaga sikap dan perilakunya karena OSIS dijadikan panutan oleh siswa-siswa lainnya.

3.      Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler di SMA 1 SUKAWATI terdapat 30 jenis. Siswa diwajibkan minimal mengikuti 1 ekstrakulikuler yang diminati. Seperti yang dikatakan oleh narasumber yaitu I Wayan Karya (guru Bahasa Inggris) mengatakan “siswa sekurang-kurangnya harus mengikuti minimal 1 ekstrakulikuler yang diminati, jika tidak maka akan mendapatkan nilai buruk atau tidak akan dinilai dalam raport”. Kegiatan ekstrakulikuler sangat berpengaruh dalam penilaian aspek non-akademik. Ekstrakulikuler yang disediakan antara lain PMR, KSPAN, Seni Tari, Karya Ilmiah Remaja, Pramuka, Tarung Drajat, Basket, Ekstra Tabuh. Ekstrakulikuler yang paling diminati adalah Pramuka, karena dianggap paling seru atau menarik oleh siswa. Dan siapa saja yang berminat dapat langsung bergabung dengan aturan-aturan tertentu.





4.      Budaya
Dari segi budaya implementasi pendidikan karakter ditunjukan ketika di sekolah siswa putri harus menata rambutnya dengan dikepang menjadi dua menggunakan karet berwarna merah putih. Tujuannnya adalah agar siswa putri yang rambutnya panjang kelihatan lebih rapi dan tertata. Kemudian wujud budaya disekolah terkait pendidikan karakter antara lain:
a.       Pelaksanaan sembayang atau doa bersama melaluai proses, ketika masuk sekolah dilaksanakan sembayang di padmasana (Pura kecil), patung Ganesha, Pura Giri Putri, dilanjutkan masuk kelas dan Trisania.
b.      Tata tertib, ketika siswa terlambat diberi sangsi menyiram tanaman dan membersihkan toilet.
Dari hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dan penanaman nilai karakter siswa sudah cukup berjalan dengan baik. Dimana siswa dibina dalam meningkatkan peran dan inisiatifnya untuk membina dan menjaga sekolah mereka dengan tertib, sehingga terhindar dari usaha pengaruh negatif yang datang dari luar lingkungan sekolah dalam wadah berbagai kegiatan intra dan ekstrakulikuler.
Dalam penanaman nilai karakter siswa peran guru sangat penting dengan cara bagaimana guru dapat mengelola siswa secara efektif dan efisien, antara lain bagi penciptaan suasana untuk memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan berprestasi disekolah. Guru dari awal pembelajaran sudah mendorong siswa untuk menerapkan perilaku yang baik dengan mengadakan kegiatan-kegiatan tertentu yang berhubungan dengan aspek kerohanian dan aspek lainya, guru mendorong dan menggerakan siswa untuk selalu berdoa sebelum kegiatan berlangsung, selalu menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan kontinyu untuk membiasakan siswa agar selalu melakukan kegiatan tersebut guna membentuk perilaku siswa yang berkarakter.
Dari penanaman nilai karakter siswa diatas sejalan dengan prinsip Teori pembelajaran Behavioristik. Dimana belajar adalah sebuah proses dalam mengubah perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Namun tidak semua perubahan perilaku yang terjadi merupakan perwujudaan dari hasil belajar, karena terdapat perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.
Aspek penting yang terjadi dalam kegiatan ini adalah bahwa perubahan perilaku siswa tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus  dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Ketika siswa pertama masuk sebagai siswa baru, mereka belum mendapat nilai karakter apa-apa di sekolah, karena mereka masih membawa kebiasaan-kebiasaan yang lama dari sekolah mereka. Tetapi setalah mereka menjadi siswa di SMA N 1 SUKAWATI, mereka mulai mendapat nilai karakter tersendiri yang ada disetiap kegiatan yang dilakukan disekolah yang mungkin berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri diandingkan dengan sekolah lain.
Kegiatan penanaman nilai karakter siswa ini memang tidak secara langsung dilakukan tetapi secara implisit memalui beberapa kegitan yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Guru memberikan kegiatan kegiatan tertentu yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa, bila siswa tidak menjalankanya maka akan ada peringatan dan hukuman tertentu yang diberikan guna membentuk kedisiplinan siswa. Hukuman dimaksudkan untuk memberikan peringatan pada siswa untuk tidak berbuat hal yang menyimpang lagi, hukuman yang diberikan guru tidak akan menghilangkan perilaku, karena hukuman hanya dapat melatih seseorang berbuat tentang apa yang tidak boleh dilakukan, dan tidak melatih seseorang tentang apa yang harus dilakukan.
Selain guru yang berperan penting dalam penanaman karakter ini, siswa juga memiliki peran tersendiri dimana disetiap kegiatan pembelajaran ataupun diluar pembelajaran ini tidak akan berjalan dengan baik bila siswa tidak ikut serta dan patuh pada ketentuan yang ada. Siswa dapat menanamkan nilai karakternya sendiri dengan selalu mengikuti kegiatan sembahyang yang dilakukan diakhir dan diawal pembelajaran. Siswa juga dapat memilih dan mengikuti kegiatan kegiatan yang ada disekolah yang ia senangi untuk menambah kegiatan dan wawasan dari setiap kegiatan yang ada dalam intra ataupun ekstrakurikuler.
Penanaman nilai tidak serta merta dapat di internalisasi pada setiap siswa, hal ini dapat disebabkan oleh kejenuhan dan ketidakpatuhan siswa pada landasan karakter yang diterapkan di sekolah. Akibat dari hal tersebut, muncul beberapa fenomena sosial dibalik kibaran “ Pendidikan Karakter”, yang antara lain :
1. Siswa melakukan prosesi “tongkrongan” di rumah warga pojok sekolah yang dilakukan pada jam istirahat dan sela-sela pergantian jam pelajaran.
2. Siswa membuang sampah sembarangan,. Hal ini terlihat ketika siswa jajan di Aula (kantin sementara) yang kemudian bungkus makanannya dibuang begitub saja di lantai aula.
3. Penyediaan 4 Tempat sampah yang berbeda fungsi, antara lain metal, kering, organik dan anorganik, namun sepertinya hanya tulisan belaka karena kenyataannya banyak yang membuang tidak pada tempatnya sehingga sampah menjadi campur baur tidak tertata dan tidak sesuai pada tempatnya.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dan penanaman nilai karakter siswa sudah cukup berjalan dengan baik. penanaman nilai karakter siswa peran guru sangat penting dengan cara bagaimana guru dapat mengelola siswa secara efektif dan efisien, antara lain bagi penciptaan suasana untuk memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan berprestasi disekolah. Dari penanaman nilai karakter siswa diatas sejalan dengan prinsip Teori pembelajaran Behavioristik. Dimana belajar adalah sebuah proses dalam mengubah perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Namun tidak semua perubahan perilaku yang terjadi merupakan perwujudaan dari hasil belajar, karena terdapat perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.
Namun muncul beberapa fenomena sosial dibalik kibaran “ Pendidikan Karakter”, yang antara lain :
1. Siswa melakukan prosesi “tongkrongan” di rumah warga pojok sekolah yang dilakukan pada jam istirahat dan sela-sela pergantian jam pelajaran.
2. Siswa membuang sampah sembarangan,. Hal ini terlihat ketika siswa jajan di Aula (kantin sementara) yang kemudian bungkus makanannya dibuang begitub saja di lantai aula.
3. Penyediaan 4 Tempat sampah yang berbeda fungsi, antara lain metal, kering, organik dan anorganik, namun sepertinya hanya tulisan belaka karena kenyataannya banyak yang membuang tidak pada tempatnya sehingga sampah menjadi campur baur tidak tertata dan tidak sesuai pada tempatnya.
LAMPIRAN




           





Tidak ada komentar:

Posting Komentar