PEMBANGUNAN KARAKTER ADI WIYATA : STUDI TENTANG PENANAMAN NILAI NATURAL ORIENTED AND CULTURE ORIENTED DI SMA N 1 SUKAWATI
ABSRACT
This
study aimed to describe the shape of school culture in the achievement of
superior character , character education through the enculturation process
based on the value of the natural environment and cultural values and spirit
of religiosity that is imparted to the students , as well as a social
phenomenon arising from behind the glittering " character development
" in SMA N 1 Sukawati . This study used a qualitative descriptive approach
to data collection using observation , interviews , and documentation . The
results show that an implementation of the character education school in SMA N
1 Adiwiyata Sukawati 3 points include , among others : Character education in
schools adiwiyata SMA N 1 Sukawati based on the balance between academic and
non-academic ( natural and cultural ) , the value placed on educational
entities religiosity urgent , character education can be applied memalui each
subject ( indirect learning ) . The ethos of achievement and internalization of
character is built through teaching and learning, school orientation activities
, extracurricular activities , contest or award against the scientific
achievement, and cooperation between the school and the parents are going
pretty intensive . Strict selective process in choosing new students aimed to
obtain the "input" quality so expect the "process" will
work well and will produce "output" valuable “gold students"
where they are expected to enter the world of college quality so proud of his
alma mater . Social phenomena are also present in the glittering brightness of
the embedded shape character appears disobedience and saturation of the
students themselves , so it is also found that violations should be avoided .
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk budaya sekolah berkarakter yang
unggul dalam prestasi, proses enkulturasi melalui pendidikan karakter yang
berbasis pada nilai lingkungan alam dan nilai budaya dan semangat religiusitas
yang ditanamkan kepada peserta didik, serta fenomena sosial yang timbul dari
balik gemilangnya “Pembangunan karakter” di SMA N 1 Sukawati. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bentuk implementasi pendidikan karakter sekolah Adiwiyata di
SMA N 1 Sukawati mencakup 3 poin antara
lain: Pendidikan karakter di sekolah adiwiyata SMA N 1 Sukawati dilandaskan
pada keseimbangan antara akademik dan
non akademik ( alam dan budaya ), nilai religiusitas ditempatkan pada entitas
pendidikan yang urgen, Pendidikan karakter dapat diterapkan memalui setiap mata
pelajaran ( indirect Learning ). Etos prestasi dan internalisasi nilai karakter
dibangun melalui proses belajar mengajar, kegiatan orientasi sekolah, kegiatan
ekstrakurikuler, sayembara ilmiah ataupun penghargaan terhadap yang
berprestasi, dan kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa yang berjalan
cukup intensif. Proses selektif yang ketat dalam memilih mahasiswa baru
ditujukan untuk memperoleh “input” yang berkualitas sehingga diharapkan
“proses” akan berjalan baik dan akan menghasilkan “output” yang bernilai “gold
students” dimana mereka diharapkan mampu masuk dalam dunia perguruan tinggi
yang berkualitas sehingga membanggakan almamaternya. Fenomena sosial yang turut
hadir pada gilang gemilangnya bentuk karakter yang ditanamkan yakni muncul
ketidakpatuhan dan kejenuhan dari siswa sendiri, sehingga dijumpai pula
berbagai pelanggaran yang selayaknya harus dihindari.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut undang-undang No. 2 tahun
1989, tetang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa, pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa datang, dan menetapkan bahwa
sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk
menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
Sekolah
sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen
perubahan harus dapat menyesuaikan diri dan dapat mengantisipasi terhadap
perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Perubahan terjadi sepanjang hidup, sekolah yang berkembang artinya berubah
menjadi lebih baik. Perubahan di sekolah selalu melibatkan banyak pihak antara
lain, pendidik, tenaga pendidikan, siswa, orangtua siswa, dan sebagainya. Tugas
kepala sekolah adalah sebagai agen utama perubahan yang mendorong dan mengelola
agar semua pihak yang terkait, termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan
tersebut.
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan kebijakan tentang
pengkategorian sekolah berdasarkan tingkat keterlaksanaan standar nasional
pendidikan ke dalam kategori standar, unggulan,bertaraf Nasional dan bertaraf
internasional. Sekolah Unggulan/Sekolah Standar Nasional (SSN) adalah sekolah
yang telah memenuhi atau hampir memenuhi standar nasional pendidikan.
Pasal 11, Ayat 3 menjelaskan beban belajar dinyatakan dalam satuan kredit
semester (SKS). Dan sekolah unggulan adalah sekolah yang telah memenuhi atau
melebihi Standar Nasional Pendidikan.
Pelaksanaan program rintisan sekolah kategori mandiri
didukung pemberian dana block grant oleh pemerintah yang mempunyai
prinsip dan tujuan seperti terkandung dalam program Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yaitu memandirikan dan memberdayakan sekolah
melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Seperti halnya di atas,. SMA N 1 Sukawati merupakan sekolah
rintisan kategori Mandiri. SMA N 1 Sukawati merupakan salah satu sekolah yang
memiliki keunggulan dalam bidang konservasi. SMA N 1 Sukawati berdiri pada
Tahun 1987. Letak geografisnya yaitu di Desa Batuan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar, Bali.. SMAN
1 Sukawati menjadi paling diminati pada penerimaan siswa baru. Penerimaaan
siswa baru di SMA N 1 Sukawati melalu 2 jalur, yaitu (1) 30% (87 orang dari
1098) siswa diterima lewat jalur prestasi olahraga dan seni. (2) dan sisanya
lewat jalur tes akademik.
SMA N 1 Sukawati mendidik siswanya untuk memiliki sikap
ramah terhadap lingkungan dan budaya sesuai dengan visi SMA N 1 Sukawati yang
unggul dalam prestasi dan disiplin, berwawasan lingkungan, berpijak pada budaya
Bali dan karakter Bangsa.
Maka dari itu kami mengambil judul “ Pembangunan Karakter
Adiwiyata (Studi Kasus Penanaman Nilai Nature Oriented dan Culture Oriented di
SMA N 1 Sukawati, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali)”
B. Rumusan Masalah
Dari pendahuluan diatas, dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana implementasi pendidikan
karakter di SMA N 1 Sukawati
2.
Bagaimana keunggulan
METODE PENELITIAN
1.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan data deskripstif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5). Penelitian kualitatif daris sisi definisi
lainnya dikemukankan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan
wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan
perilaku individu atau sekelompok orang.
Penelitian dengan metode kuantitatif ini menggunakan tipe
penelitian Studi kasus dan observasi dengan tujuan mengetahui implementasi pendidikan
karakter di SMA N 1 Sukawati.
2.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sukawati, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten
Gianyar, Bali.Alasan kita memilih SMA N 1 Sukawati sebagai obyek penelitian,
Karena SMA tersebut memiliki keunggulan di bidang konservasi.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan observasi, FGD, wawancara
mendalam, dan sudi kasus (Wimmer, 2000: 110; Sendjaya, 1997: 32 dalam Teknik
Praktis Riset Komunikasi, Kriyantono 2008: 93) adalah teknik yang lazim
dipergunakan oleh seorang peneliti kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Proses
Belajar Mengajar
Implementasi
kurikulum di SMA 1 SUKAWATI dalam proses belajar mengajar dilakukan secara
implisit oleh setiap guru masing-masing mata pelajaran pada saat awal
dimulainya pelajaran, guru akan menyampaikan motivasi untuk penguatan karakter
siswa yang berlangsung 15 menit. Kemudian langsung disambung dengan pelajaran.
Setiap guru juga mengecek kelengkapan siswa baik dalam hal seragam maupun
maupun daftar hadir siswa secara double. Jika terdapat siswa yang tidak memakai
kelengkapan seragam akan diberi sangsi oleh guru tersebut dalam bentuk menyiram
tanaman ataupun melakukan sembahyang di Pura. Nilai-nilai yang ditekankan pada
siswa dalam proses belajar mengajar ini adalah kedisiplinan, kejujuran,
kesopanan dan ketertiban.
2.
Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Dari
bidang kegiatan organisasi siswa intra sekolah, implementasi pendidikan
karakter ditanamkan dalam tahap awal ketika mendaftarkan dan melewati seleksi,
agenda yang dilakukan hingga pergantian anggota baru. Semuanya dilakukan secara
ketat melalui tes LKBB, tes wawancara, peminatan dan tes tertulis yang
dilakukan oleh guru pembina OSIS. Kemudian sebagai anggota OSIS harus dapat
menjaga sikap dan perilakunya karena OSIS dijadikan panutan oleh siswa-siswa
lainnya.
3.
Ekstrakulikuler
Kegiatan
ekstrakulikuler di SMA 1 SUKAWATI terdapat 30 jenis. Siswa diwajibkan minimal
mengikuti 1 ekstrakulikuler yang diminati. Seperti yang dikatakan oleh
narasumber yaitu I Wayan Karya (guru Bahasa Inggris) mengatakan “siswa sekurang-kurangnya harus mengikuti
minimal 1 ekstrakulikuler yang diminati, jika tidak maka akan mendapatkan nilai
buruk atau tidak akan dinilai dalam raport”. Kegiatan ekstrakulikuler
sangat berpengaruh dalam penilaian aspek non-akademik. Ekstrakulikuler yang
disediakan antara lain PMR, KSPAN, Seni Tari, Karya Ilmiah Remaja, Pramuka,
Tarung Drajat, Basket, Ekstra Tabuh. Ekstrakulikuler yang paling diminati
adalah Pramuka, karena dianggap paling seru atau menarik oleh siswa. Dan siapa
saja yang berminat dapat langsung bergabung dengan aturan-aturan tertentu.
4.
Budaya
Dari
segi budaya implementasi pendidikan karakter ditunjukan ketika di sekolah siswa
putri harus menata rambutnya dengan dikepang menjadi dua menggunakan karet
berwarna merah putih. Tujuannnya adalah agar siswa putri yang rambutnya panjang
kelihatan lebih rapi dan tertata. Kemudian wujud budaya disekolah terkait
pendidikan karakter antara lain:
a. Pelaksanaan
sembayang atau doa bersama melaluai proses, ketika masuk sekolah dilaksanakan
sembayang di padmasana (Pura kecil), patung Ganesha, Pura Giri Putri,
dilanjutkan masuk kelas dan Trisania.
b. Tata
tertib, ketika siswa terlambat diberi sangsi menyiram tanaman dan membersihkan
toilet.
Dari
hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran
dan penanaman nilai karakter siswa sudah cukup berjalan dengan baik. Dimana
siswa dibina dalam meningkatkan peran dan inisiatifnya untuk membina dan
menjaga sekolah mereka dengan tertib, sehingga terhindar dari usaha pengaruh
negatif yang datang dari luar lingkungan sekolah dalam wadah berbagai kegiatan
intra dan ekstrakulikuler.
Dalam
penanaman nilai karakter siswa peran guru sangat penting dengan cara bagaimana
guru dapat mengelola siswa secara efektif dan efisien, antara lain bagi
penciptaan suasana untuk memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan
berprestasi disekolah. Guru dari awal pembelajaran sudah mendorong siswa untuk
menerapkan perilaku yang baik dengan mengadakan kegiatan-kegiatan tertentu yang
berhubungan dengan aspek kerohanian dan aspek lainya, guru mendorong dan
menggerakan siswa untuk selalu berdoa sebelum kegiatan berlangsung, selalu
menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dan lain sebagainya. Kegiatan
tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan kontinyu untuk membiasakan siswa
agar selalu melakukan kegiatan tersebut guna membentuk perilaku siswa yang
berkarakter.
Dari
penanaman nilai karakter siswa diatas sejalan dengan prinsip Teori pembelajaran
Behavioristik. Dimana belajar adalah sebuah proses dalam mengubah perilaku.
Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt
behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Namun tidak semua
perubahan perilaku yang terjadi merupakan perwujudaan dari hasil belajar,
karena terdapat perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.
Aspek
penting yang terjadi dalam kegiatan ini adalah bahwa perubahan perilaku siswa
tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor
stimulus dari kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan. Ketika siswa pertama masuk sebagai siswa baru, mereka belum mendapat
nilai karakter apa-apa di sekolah, karena mereka masih membawa
kebiasaan-kebiasaan yang lama dari sekolah mereka. Tetapi setalah mereka
menjadi siswa di SMA N 1 SUKAWATI, mereka mulai mendapat nilai karakter
tersendiri yang ada disetiap kegiatan yang dilakukan disekolah yang mungkin
berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri diandingkan dengan sekolah lain.
Kegiatan
penanaman nilai karakter siswa ini memang tidak secara langsung dilakukan
tetapi secara implisit memalui beberapa kegitan yang bertujuan untuk membentuk
karakter siswa. Guru memberikan kegiatan kegiatan tertentu yang bertujuan untuk
membentuk karakter siswa, bila siswa tidak menjalankanya maka akan ada
peringatan dan hukuman tertentu yang diberikan guna membentuk kedisiplinan
siswa. Hukuman dimaksudkan untuk memberikan peringatan pada siswa untuk tidak
berbuat hal yang menyimpang lagi, hukuman yang diberikan guru tidak akan
menghilangkan perilaku, karena hukuman hanya dapat melatih seseorang berbuat
tentang apa yang tidak boleh dilakukan, dan tidak melatih seseorang tentang apa
yang harus dilakukan.
Selain
guru yang berperan penting dalam penanaman karakter ini, siswa juga memiliki
peran tersendiri dimana disetiap kegiatan pembelajaran ataupun diluar
pembelajaran ini tidak akan berjalan dengan baik bila siswa tidak ikut serta
dan patuh pada ketentuan yang ada. Siswa dapat menanamkan nilai karakternya
sendiri dengan selalu mengikuti kegiatan sembahyang yang dilakukan diakhir dan
diawal pembelajaran. Siswa juga dapat memilih dan mengikuti kegiatan kegiatan
yang ada disekolah yang ia senangi untuk menambah kegiatan dan wawasan dari
setiap kegiatan yang ada dalam intra ataupun ekstrakurikuler.
Penanaman
nilai tidak serta merta dapat di internalisasi pada setiap siswa, hal ini dapat
disebabkan oleh kejenuhan dan ketidakpatuhan siswa pada landasan karakter yang
diterapkan di sekolah. Akibat dari hal tersebut, muncul beberapa fenomena
sosial dibalik kibaran “ Pendidikan Karakter”, yang antara lain :
1. Siswa melakukan prosesi
“tongkrongan” di rumah warga pojok sekolah yang dilakukan pada jam istirahat
dan sela-sela pergantian jam pelajaran.
2. Siswa membuang sampah
sembarangan,. Hal ini terlihat ketika siswa jajan di Aula (kantin sementara)
yang kemudian bungkus makanannya dibuang begitub saja di lantai aula.
3. Penyediaan 4 Tempat sampah yang
berbeda fungsi, antara lain metal, kering, organik dan anorganik, namun
sepertinya hanya tulisan belaka karena kenyataannya banyak yang membuang tidak
pada tempatnya sehingga sampah menjadi campur baur tidak tertata dan tidak
sesuai pada tempatnya.
SIMPULAN
Dari
hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran
dan penanaman nilai karakter siswa sudah cukup berjalan dengan baik. penanaman nilai karakter siswa peran
guru sangat penting dengan cara bagaimana guru dapat mengelola siswa secara
efektif dan efisien, antara lain bagi penciptaan suasana untuk memfasilitasi
siswa agar berperilaku positif dan berprestasi disekolah. Dari penanaman nilai
karakter siswa diatas sejalan dengan prinsip Teori pembelajaran Behavioristik.
Dimana belajar adalah sebuah proses dalam mengubah perilaku. Perubahan perilaku
yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau
perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Namun tidak semua perubahan
perilaku yang terjadi merupakan perwujudaan dari hasil belajar, karena terdapat
perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.
Namun
muncul beberapa fenomena sosial dibalik kibaran “ Pendidikan Karakter”, yang
antara lain :
1. Siswa melakukan prosesi
“tongkrongan” di rumah warga pojok sekolah yang dilakukan pada jam istirahat
dan sela-sela pergantian jam pelajaran.
2. Siswa membuang sampah sembarangan,.
Hal ini terlihat ketika siswa jajan di Aula (kantin sementara) yang kemudian
bungkus makanannya dibuang begitub saja di lantai aula.
3. Penyediaan 4 Tempat sampah yang
berbeda fungsi, antara lain metal, kering, organik dan anorganik, namun sepertinya
hanya tulisan belaka karena kenyataannya banyak yang membuang tidak pada
tempatnya sehingga sampah menjadi campur baur tidak tertata dan tidak sesuai
pada tempatnya.
LAMPIRAN