Laman

Sabtu, 19 Juli 2014

“ANALISIS GENDER TERHADAP IKLAN SABUN DETOL”

PENDAHULUAN

Dewasa ini keberadaan media merupakan suatu alat untuk menuju kehidupan masyarakat pada tingkatan yang lebih modern. Media seolah-olah sudah menjadi kebutuhan primer dalam pemenuhan akan kebutuhan informasi yang terus menuntut secara cepat. Meningkatnya kesadaran manusia untuk  memperoleh informasi mendorong berkembangnya industri media, baik media cetak maupun media elektronik. Dengan kesadaran dan kebutuhan informasi yang terus meningkat, para pencipta media berlomba-lomba menyuguhkan hidangan- hidangan informasi dengan berbagai bentuk kreatifitas dan ragam keunikan yang mampu menarik penikmat media dari berbagai kalangan, bahkan secara tidak langsung terjadi adanya pergeseran makna yang di ciptakan oleh para pelaku media. Media datang melahirkan informasi-informasi yang disesuaikan dengan target pasar, seperti halnya pengkhususan dalam sebuah majalah yang sengaja di ciptakan untuk kaum ibu yang isinya sudah bisa kita tebak, seperti menu masakan, konsultasi psikologi, konsultasi kesehatan, dan penjagaan norma dan etika. Gambar- gambar yang di sajikan juga terlihat cerah, dan menarik, seperti keluarga bahagia dengan anak- anaknya di taman rekreasi, produk- produk dapur, fashion, dan lain sebagainya.
            Dalam industri periklanan, sebagian besar masih memanfaatkan tubuh perempuan sebagai penarik minat konsumen. Perempuan seolah-olah diharuskan untuk menjadi seperti apa yang diharapkan oleh industri periklanan baik itu dalam media cetak maupun elektronik. Perempuan sendiri tidak sadar bahwa tubuh mereka telah dikuasai dan dieksploitasi demi kepentingan dunia periklanan. Citra, peran dan status perempuan telah dikuasai untuk memasukkan nilai-nilai patriarki seperti mengharuskan untuk menjadi perempuan yang ideal itu harus tinggi, langsing, putih dsb. Lain halnya dengan perempuan yang sudah berkeluarga, industri periklanan mengharuskan perempuan yang sudah berkeluarga sebagai perempuan yang bekerja dalam sektor domestik yaitu mengurus pekerjaan rumah dan mengurus suami dan anak.       
Ketidakadilan gender dalam industri periklanan dapat dilihat dari representasi iklan yang mayoritas didominasi oleh perempuan. Komoditas para kreatif iklan melahirkan berbagai bentuk produk dengan menampilkan dan menggabungkan hasil produk yang standar dan sisi feminisme kaum perempuan. Sebuah produk yang pada kenyataannya mempunyai fungsi yang general, telah dikomunikasikan tidak lagi bersifat fungsional tetapi sudah bergeser kearah konsep gender. Femininitas atau maskulinitas seringkali menjadi ajang manifestasi untuk membuat komoditi atau produk mempunyai nilai tertentu.  Sebagai contoh, dalam sebuah iklan shampoo perempuan di gambarkan sebagai perempuan yang berambut panjang, hitam lurus, tubuh langsing, tinggi dan cantik. Hal ini merupakan diskriminasi gender yang menunjuk suatu penyelewengan nilai dan maksud yang terkandung didalam iklan tersebut. Bagaimana dengan perempuan yang berambut pendek, ikal atau keriting? Alhasil demi diakui untuk menjadi seorang perempuan, perempuan yang tidak setipe dengan yang ada di iklan tersebut secara besar-besaran me-rebounding rambut mereka agar tampil seperti apa yang ditentukan oleh media. Ketidakadilan gender  dalam hal ini terlihat cukup jelas namun ironisnya hal semacam ini tidak pernah disadari oleh masyarakat.


METODE

Analisis media adalah bagian dari penelitian ilmu sosial. Sebuah metode untuk mengetahui seluk beluk media secara lebih mendalam. Dalam iklan sabun Detol peneliti menggunakan analisis menonton dan mengamati tayangan iklan Detol di televise. Analisis kali ini penulis akan menganalisis iklan detol yang dikaitkan dengan prespektif gender. Representasi iklan detol lebih mengarah kepada diskriminasi gender yang mana perempuan lebih dominan daripada laki-laki.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagai bagian dari media massa, iklan merupakan cerminan realitas yang ada dalam masyarakat. Realitas yang tercemin dalam iklan dapat berupa mensosialisasikan kembali kesetaraan gender ataupun dapat berupa sebaliknya yaitu tentang ketidakadilan gender yang selama ini terjadi dalam masyarakat. Keterlibatan perempuan dimedia sangat memprihatinkan, media telah menyebarkan doktrin-doktrin seperti apa seharusnya menjadi perempuan. Begitu pula dengan keberadaan iklan Detol.
Keberadaan perempuan dalam iklan detol lebih menfokuskan kepada perempuan yang sudah berkeluarga dan menjadi Ibu. Perempuan yang telah dikontruksikan secara sosial untuk menjadi ibu dan bagaimana seharusnya menjadi ibu dibebani dengan tanggung jawab atas pekerjaan domestik yang meliputi  mengurus rumah, anak dan suami. Hal inilah yang memicu pemikiran masyarakat yang sangat kuat bahwa menjadi seorang ibu merupakan suatu kodrat bagi perempuan dan siapapun tidak bisa terhindarkan akan tugas dan kewajiban menjadi seorang ibu. Dalam representasi iklan detol perempuan digambarkan dengan menjadi seorang ibu yang bertanggung jawab akan kebersihan dan kesehatan semua anggota keluarganya. Dari sini dapat dilihat bahwa citra perempuan sebagai seorang ibu yang secara biologis mempunyai alat reproduksi rahim yang berfungsi untuk mangandung dan melahirkan telah dikontruksikan perannya untuk bertanggungjawab dalam mengasuh anak. Padahal dalam mengasuh anak seharusnya bukan perempuan sebagai ibu saja yang harus bertanggungjawab penuh melainkan peran laki-laki sebagai suami dan ayah juga harus terlibat.
Double Burden
Double burden atau beban ganda dalam kehidupan keluarga yang dilimpahkan kepada perempuan seringkali diperkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis pekerjaan perempuan, yang meliputi semua pekerjaan domestik, dan ini dianggap dan dinilai lebih rendah tidak mendatangkan  nilai ekonomis jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan laki-laki.
Dalam iklan detol perempuan yang menjadi seorang ibu keberadaannya sangat dekat dengan anak-anak dibandingkan dengan laki-laki yang menjadi ayahnya. Representasi iklan detol menggambarkan seorang ibu yang memberikan cairan sabun detol kedalam bak mandi agar kuman dan bakteri mati dan mengobati luka pada anak saat anak jatuh serta berkata “ Kalau bukan saya siapa lagi ? “. Peran perempuan dalam iklan detol memberikan pengaruh kepada para pecinta iklan bahwa dalam kehidupan sehari-hari perempuan banyak terlibat dalam sistem perawatan keluarga. Perempuan yang pada umumnya menentukan kesehatan atau obat-obatan bagi keluarganya, seperti anak, suami, ibu/ayah dan keluarga dekat yang lain. Oleh karenanya jika ada anggota keluarga yang sakit di rumah, maka secara otomatis kaum perempuanlah yang menjadi dokter di rumah. Dan perempuanlah yang harus memperhatikan petunjuk dokter ketika berobat. Gambaran keliru tentang peranan perempuan tersebut secara langsung akan berbahaya bagi perkembangan anak-anak dan remaja yang mengkonsumsi iklan tersebut. Secara psikologis, anak-anak dan remaja merupakan kelompok yang tengah membentuk kepribadiannya. Pembentukan kepribadian tersebut antara lain dibentuk melalui berbagai pengalaman pribadi mereka termasuk tayangan iklan televisi sabun detol .

SIMPULAN
Ketidakadilan gender dalam industri periklanan dapat dilihat dari representasi iklan yang mayoritas didominasi oleh perempuan. Keberadaan perempuan dalam iklan detol lebih menfokuskan kepada perempuan yang sudah berkeluarga dan menjadi Ibu. Dalam representasi iklan detol perempuan digambarkan dengan menjadi seorang ibu yang bertanggung jawab akan kebersihan dan kesehatan semua anggota keluarganya, seorang ibu keberadaannya sangat dekat dengan anak-anak dibandingkan dengan laki-laki yang menjadi ayahnya. Peran perempuan dalam iklan detol memberikan pengaruh kepada para pecinta iklan bahwa dalam kehidupan sehari-hari perempuan banyak terlibat dalam sistem perawatan keluarga.


REFERENSI
·         Astuti, Tri Marhaeni P. 2011. Kontruksi Gender dalam Realitas Sosial. Semarang : UNNES PRESS.
·         Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR.
·         Muashomah. 2010. Analisis Labelling Perempuan Dengan Teori Femonisme Psikoanalisis Studi Kasus Majalah Remaja OLGA ! . Jurnal Komunitas.
·         Mosse, Julia Cleves. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


PEMBANGUNAN KARAKTER ADI WIYATA : STUDI TENTANG PENANAMAN NILAI NATURAL ORIENTED AND CULTURE ORIENTED DI SMA N 1 SUKAWATI

PEMBANGUNAN KARAKTER ADI WIYATA  :  STUDI TENTANG PENANAMAN NILAI NATURAL ORIENTED AND CULTURE ORIENTED  DI SMA N 1 SUKAWATI

ABSRACT
This study aimed to describe the shape of school culture in the achievement of superior character , character education through the enculturation process based on the value of the natural environment and cultural values ​​and spirit of religiosity that is imparted to the students , as well as a social phenomenon arising from behind the glittering " character development " in SMA N 1 Sukawati . This study used a qualitative descriptive approach to data collection using observation , interviews , and documentation . The results show that an implementation of the character education school in SMA N 1 Adiwiyata Sukawati 3 points include , among others : Character education in schools adiwiyata SMA N 1 Sukawati based on the balance between academic and non-academic ( natural and cultural ) , the value placed on educational entities religiosity urgent , character education can be applied memalui each subject ( indirect learning ) . The ethos of achievement and internalization of character is built through teaching and learning, school orientation activities , extracurricular activities , contest or award against the scientific achievement, and cooperation between the school and the parents are going pretty intensive . Strict selective process in choosing new students aimed to obtain the "input" quality so expect the "process" will work well and will produce "output" valuable “gold students" where they are expected to enter the world of college quality so proud of his alma mater . Social phenomena are also present in the glittering brightness of the embedded shape character appears disobedience and saturation of the students themselves , so it is also found that violations should be avoided .

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk budaya sekolah berkarakter yang unggul dalam prestasi, proses enkulturasi melalui pendidikan karakter yang berbasis pada nilai lingkungan alam dan nilai budaya dan semangat religiusitas yang ditanamkan kepada peserta didik, serta fenomena sosial yang timbul dari balik gemilangnya “Pembangunan karakter” di SMA N 1 Sukawati. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk implementasi pendidikan karakter sekolah Adiwiyata di SMA N 1 Sukawati mencakup  3 poin antara lain: Pendidikan karakter di sekolah adiwiyata SMA N 1 Sukawati dilandaskan pada keseimbangan antara  akademik dan non akademik ( alam dan budaya ), nilai religiusitas ditempatkan pada entitas pendidikan yang urgen, Pendidikan karakter dapat diterapkan memalui setiap mata pelajaran ( indirect Learning ). Etos prestasi dan internalisasi nilai karakter dibangun melalui proses belajar mengajar, kegiatan orientasi sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, sayembara ilmiah ataupun penghargaan terhadap yang berprestasi, dan kerjasama antara sekolah dan orang tua siswa yang berjalan cukup intensif. Proses selektif yang ketat dalam memilih mahasiswa baru ditujukan untuk memperoleh “input” yang berkualitas sehingga diharapkan “proses” akan berjalan baik dan akan menghasilkan “output” yang bernilai “gold students” dimana mereka diharapkan mampu masuk dalam dunia perguruan tinggi yang berkualitas sehingga membanggakan almamaternya. Fenomena sosial yang turut hadir pada gilang gemilangnya bentuk karakter yang ditanamkan yakni muncul ketidakpatuhan dan kejenuhan dari siswa sendiri, sehingga dijumpai pula berbagai pelanggaran yang selayaknya harus dihindari.











                                                          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menurut undang-undang No. 2 tahun 1989, tetang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa datang, dan menetapkan bahwa sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
Sekolah sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen perubahan harus dapat menyesuaikan diri dan dapat mengantisipasi terhadap perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu. Perubahan terjadi sepanjang hidup, sekolah yang berkembang artinya berubah menjadi lebih baik. Perubahan di sekolah selalu melibatkan banyak pihak antara lain, pendidik, tenaga pendidikan, siswa, orangtua siswa, dan sebagainya. Tugas kepala sekolah adalah sebagai agen utama perubahan yang mendorong dan mengelola agar semua pihak yang terkait, termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut.
Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan kebijakan tentang pengkategorian sekolah berdasarkan tingkat keterlaksanaan standar nasional pendidikan ke dalam kategori standar, unggulan,bertaraf Nasional dan bertaraf internasional. Sekolah Unggulan/Sekolah Standar Nasional (SSN) adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi standar nasional pendidikan.  Pasal 11, Ayat 3 menjelaskan beban belajar dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS). Dan sekolah unggulan adalah sekolah yang telah memenuhi atau melebihi Standar Nasional Pendidikan.
Pelaksanaan program rintisan sekolah kategori mandiri didukung pemberian dana block grant oleh pemerintah yang mempunyai  prinsip dan tujuan seperti terkandung dalam program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yaitu memandirikan dan memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Seperti halnya di atas,. SMA N 1 Sukawati merupakan sekolah rintisan kategori Mandiri. SMA N 1 Sukawati merupakan salah satu sekolah yang memiliki keunggulan dalam bidang konservasi. SMA N 1 Sukawati berdiri pada Tahun 1987. Letak geografisnya yaitu di Desa Batuan  Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar, Bali.. SMAN 1 Sukawati menjadi paling diminati pada penerimaan siswa baru. Penerimaaan siswa baru di SMA N 1 Sukawati melalu 2 jalur, yaitu (1) 30% (87 orang dari 1098) siswa diterima lewat jalur prestasi olahraga dan seni. (2) dan sisanya lewat jalur tes akademik.
SMA N 1 Sukawati mendidik siswanya untuk memiliki sikap ramah terhadap lingkungan dan budaya sesuai dengan visi SMA N 1 Sukawati yang unggul dalam prestasi dan disiplin, berwawasan lingkungan, berpijak pada budaya Bali dan karakter Bangsa.
Maka dari itu kami mengambil judul “ Pembangunan Karakter Adiwiyata (Studi Kasus Penanaman Nilai Nature Oriented dan Culture Oriented di SMA N 1 Sukawati, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali)”
B.     Rumusan Masalah
Dari pendahuluan diatas, dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SMA N 1 Sukawati
2.    Bagaimana keunggulan






METODE PENELITIAN
1.             Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana penelitian ini menggunakan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor, 1975:5). Penelitian kualitatif daris sisi definisi lainnya dikemukankan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang.
Penelitian dengan metode kuantitatif ini menggunakan tipe penelitian Studi kasus dan observasi dengan tujuan mengetahui implementasi pendidikan karakter di SMA N 1 Sukawati.
2.             Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sukawati, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.Alasan kita memilih SMA N 1 Sukawati sebagai obyek penelitian, Karena SMA tersebut memiliki keunggulan di bidang konservasi.
3.             Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan observasi, FGD, wawancara mendalam, dan sudi kasus (Wimmer, 2000: 110; Sendjaya, 1997: 32 dalam Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kriyantono 2008: 93) adalah teknik yang lazim dipergunakan oleh seorang peneliti kualitatif.




HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      Proses Belajar Mengajar
Implementasi kurikulum di SMA 1 SUKAWATI dalam proses belajar mengajar dilakukan secara implisit oleh setiap guru masing-masing mata pelajaran pada saat awal dimulainya pelajaran, guru akan menyampaikan motivasi untuk penguatan karakter siswa yang berlangsung 15 menit. Kemudian langsung disambung dengan pelajaran. Setiap guru juga mengecek kelengkapan siswa baik dalam hal seragam maupun maupun daftar hadir siswa secara double. Jika terdapat siswa yang tidak memakai kelengkapan seragam akan diberi sangsi oleh guru tersebut dalam bentuk menyiram tanaman ataupun melakukan sembahyang di Pura. Nilai-nilai yang ditekankan pada siswa dalam proses belajar mengajar ini adalah kedisiplinan, kejujuran, kesopanan dan ketertiban.

2.      Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Dari bidang kegiatan organisasi siswa intra sekolah, implementasi pendidikan karakter ditanamkan dalam tahap awal ketika mendaftarkan dan melewati seleksi, agenda yang dilakukan hingga pergantian anggota baru. Semuanya dilakukan secara ketat melalui tes LKBB, tes wawancara, peminatan dan tes tertulis yang dilakukan oleh guru pembina OSIS. Kemudian sebagai anggota OSIS harus dapat menjaga sikap dan perilakunya karena OSIS dijadikan panutan oleh siswa-siswa lainnya.

3.      Ekstrakulikuler
Kegiatan ekstrakulikuler di SMA 1 SUKAWATI terdapat 30 jenis. Siswa diwajibkan minimal mengikuti 1 ekstrakulikuler yang diminati. Seperti yang dikatakan oleh narasumber yaitu I Wayan Karya (guru Bahasa Inggris) mengatakan “siswa sekurang-kurangnya harus mengikuti minimal 1 ekstrakulikuler yang diminati, jika tidak maka akan mendapatkan nilai buruk atau tidak akan dinilai dalam raport”. Kegiatan ekstrakulikuler sangat berpengaruh dalam penilaian aspek non-akademik. Ekstrakulikuler yang disediakan antara lain PMR, KSPAN, Seni Tari, Karya Ilmiah Remaja, Pramuka, Tarung Drajat, Basket, Ekstra Tabuh. Ekstrakulikuler yang paling diminati adalah Pramuka, karena dianggap paling seru atau menarik oleh siswa. Dan siapa saja yang berminat dapat langsung bergabung dengan aturan-aturan tertentu.





4.      Budaya
Dari segi budaya implementasi pendidikan karakter ditunjukan ketika di sekolah siswa putri harus menata rambutnya dengan dikepang menjadi dua menggunakan karet berwarna merah putih. Tujuannnya adalah agar siswa putri yang rambutnya panjang kelihatan lebih rapi dan tertata. Kemudian wujud budaya disekolah terkait pendidikan karakter antara lain:
a.       Pelaksanaan sembayang atau doa bersama melaluai proses, ketika masuk sekolah dilaksanakan sembayang di padmasana (Pura kecil), patung Ganesha, Pura Giri Putri, dilanjutkan masuk kelas dan Trisania.
b.      Tata tertib, ketika siswa terlambat diberi sangsi menyiram tanaman dan membersihkan toilet.
Dari hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dan penanaman nilai karakter siswa sudah cukup berjalan dengan baik. Dimana siswa dibina dalam meningkatkan peran dan inisiatifnya untuk membina dan menjaga sekolah mereka dengan tertib, sehingga terhindar dari usaha pengaruh negatif yang datang dari luar lingkungan sekolah dalam wadah berbagai kegiatan intra dan ekstrakulikuler.
Dalam penanaman nilai karakter siswa peran guru sangat penting dengan cara bagaimana guru dapat mengelola siswa secara efektif dan efisien, antara lain bagi penciptaan suasana untuk memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan berprestasi disekolah. Guru dari awal pembelajaran sudah mendorong siswa untuk menerapkan perilaku yang baik dengan mengadakan kegiatan-kegiatan tertentu yang berhubungan dengan aspek kerohanian dan aspek lainya, guru mendorong dan menggerakan siswa untuk selalu berdoa sebelum kegiatan berlangsung, selalu menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan kontinyu untuk membiasakan siswa agar selalu melakukan kegiatan tersebut guna membentuk perilaku siswa yang berkarakter.
Dari penanaman nilai karakter siswa diatas sejalan dengan prinsip Teori pembelajaran Behavioristik. Dimana belajar adalah sebuah proses dalam mengubah perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Namun tidak semua perubahan perilaku yang terjadi merupakan perwujudaan dari hasil belajar, karena terdapat perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.
Aspek penting yang terjadi dalam kegiatan ini adalah bahwa perubahan perilaku siswa tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus  dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Ketika siswa pertama masuk sebagai siswa baru, mereka belum mendapat nilai karakter apa-apa di sekolah, karena mereka masih membawa kebiasaan-kebiasaan yang lama dari sekolah mereka. Tetapi setalah mereka menjadi siswa di SMA N 1 SUKAWATI, mereka mulai mendapat nilai karakter tersendiri yang ada disetiap kegiatan yang dilakukan disekolah yang mungkin berbeda dan memiliki ciri khas tersendiri diandingkan dengan sekolah lain.
Kegiatan penanaman nilai karakter siswa ini memang tidak secara langsung dilakukan tetapi secara implisit memalui beberapa kegitan yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa. Guru memberikan kegiatan kegiatan tertentu yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa, bila siswa tidak menjalankanya maka akan ada peringatan dan hukuman tertentu yang diberikan guna membentuk kedisiplinan siswa. Hukuman dimaksudkan untuk memberikan peringatan pada siswa untuk tidak berbuat hal yang menyimpang lagi, hukuman yang diberikan guru tidak akan menghilangkan perilaku, karena hukuman hanya dapat melatih seseorang berbuat tentang apa yang tidak boleh dilakukan, dan tidak melatih seseorang tentang apa yang harus dilakukan.
Selain guru yang berperan penting dalam penanaman karakter ini, siswa juga memiliki peran tersendiri dimana disetiap kegiatan pembelajaran ataupun diluar pembelajaran ini tidak akan berjalan dengan baik bila siswa tidak ikut serta dan patuh pada ketentuan yang ada. Siswa dapat menanamkan nilai karakternya sendiri dengan selalu mengikuti kegiatan sembahyang yang dilakukan diakhir dan diawal pembelajaran. Siswa juga dapat memilih dan mengikuti kegiatan kegiatan yang ada disekolah yang ia senangi untuk menambah kegiatan dan wawasan dari setiap kegiatan yang ada dalam intra ataupun ekstrakurikuler.
Penanaman nilai tidak serta merta dapat di internalisasi pada setiap siswa, hal ini dapat disebabkan oleh kejenuhan dan ketidakpatuhan siswa pada landasan karakter yang diterapkan di sekolah. Akibat dari hal tersebut, muncul beberapa fenomena sosial dibalik kibaran “ Pendidikan Karakter”, yang antara lain :
1. Siswa melakukan prosesi “tongkrongan” di rumah warga pojok sekolah yang dilakukan pada jam istirahat dan sela-sela pergantian jam pelajaran.
2. Siswa membuang sampah sembarangan,. Hal ini terlihat ketika siswa jajan di Aula (kantin sementara) yang kemudian bungkus makanannya dibuang begitub saja di lantai aula.
3. Penyediaan 4 Tempat sampah yang berbeda fungsi, antara lain metal, kering, organik dan anorganik, namun sepertinya hanya tulisan belaka karena kenyataannya banyak yang membuang tidak pada tempatnya sehingga sampah menjadi campur baur tidak tertata dan tidak sesuai pada tempatnya.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran dan penanaman nilai karakter siswa sudah cukup berjalan dengan baik. penanaman nilai karakter siswa peran guru sangat penting dengan cara bagaimana guru dapat mengelola siswa secara efektif dan efisien, antara lain bagi penciptaan suasana untuk memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan berprestasi disekolah. Dari penanaman nilai karakter siswa diatas sejalan dengan prinsip Teori pembelajaran Behavioristik. Dimana belajar adalah sebuah proses dalam mengubah perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Namun tidak semua perubahan perilaku yang terjadi merupakan perwujudaan dari hasil belajar, karena terdapat perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.
Namun muncul beberapa fenomena sosial dibalik kibaran “ Pendidikan Karakter”, yang antara lain :
1. Siswa melakukan prosesi “tongkrongan” di rumah warga pojok sekolah yang dilakukan pada jam istirahat dan sela-sela pergantian jam pelajaran.
2. Siswa membuang sampah sembarangan,. Hal ini terlihat ketika siswa jajan di Aula (kantin sementara) yang kemudian bungkus makanannya dibuang begitub saja di lantai aula.
3. Penyediaan 4 Tempat sampah yang berbeda fungsi, antara lain metal, kering, organik dan anorganik, namun sepertinya hanya tulisan belaka karena kenyataannya banyak yang membuang tidak pada tempatnya sehingga sampah menjadi campur baur tidak tertata dan tidak sesuai pada tempatnya.
LAMPIRAN




           





Selasa, 15 Juli 2014

Sejarah Antro Eko

NAMA            : Novi Puspitasari
NIM                : 3401411157
ROMBEL       : 1 (Satu)
MAKUL         : Antropologi Ekonomi

SEJARAH ANTROPOLOGI EKONOMI
            Sejarah antropologi ekonomi tidak lepas dari berbincangan dan perdebatan para ahli. Thorstein Veblen (1899) seorang ekonom Amerika menulis sebuah karya yang menyatakan gejala-gejala ekonomi tidak sepenuhnya timbul dari faktor ekonomi, melainkan faktor dari non-ekonomi, sosial-budaya yang mempengaruhi perilaku ekonomi masyarakat modern. Namun karya Veblen tidak setenar dengan karya Malinowski yang berisi antropologi ekonomi lebih sebagai karya etnografi yang diorientasikan kepada gejala ekonomi suatu masyarakat primitive yang eksotis dalam pandangan eropa.
            Hingga pergantian dasawarsa 1930-an ke 1940-an Firth, Goodfellow dan Herskovits memulai kontroversi dalam pendekatan antropologi ekonomi. Konsep-konsep ekonomi modern diyakini berlaku universal dan karenanya dapat dioperasikan untuk mempelajari tata ekonomi masyarakat primitive dan tradisional. Dalam pandanganya masyarakat modern dan primitive mempunyai kesamaan dalam bertindak yaitu berdasarkan prinsip maksimalisasi yang mencari pilihan hasil terbaik dari keterlibatan sarana yang tersedia.
            Sampai akhirnya muncul karya Karl Polanyi dkk dengan lahirnya gerakan substantivis. Dalam the economy ada dua gagasan Polanyi yang cukup penting  yaitu arti formal dan arti substansial. Arti formal adalah ekonomi sebagai proses maksimalisasi. Sedangkan substansial adalah ekonomi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup ditengah lingkungan alam dan sosial. Pada dasawarsa 60-an muncul gerakan keilmuan yang mencoba menginterpretasikan gagasan Karl Marx dan menjadikannya sebagai dasar-dasar pembentukan suatu pendekatan Marxis baru. Antropologi Ekonomi baru memiliki cirri utama yaitu terpecah menjadi tiga golongan yang saling bersitegang pendapat yaitu Struktural Marxis, neo-Marxis dan cultural material.
            Diluar lingkaran antropologi ekonomi baru terdapat para ahli yang tertarik mempelajari kondisi kehidupan masyarakat peasant. Sistem ekonomi bagi para pemikir ini cenderug dianalisis sebagai suatu gejala yang lekat dengan kehidupan kesehatan manusia hingga munculkan tulisan dari Davis (1973)  mengenai ekonomi personalisme. Kemunculan ekonomi personalisme berpangkal dari ketidakpuasan Davis terhadap premis-premis substantivis yang cenderung terlalu terkstrim sehingga memperlakukan pasar sebagai gejala anti sosial yang tampil dengan kemampuan self ragulationya. Kemunculan Davis membuat substantive tampil bentuk yag lebih realistis. Hal ini didukung juga oleh Scott oleh sebuah karya tahun 1985 yakni antropologi ekonomi mendapat satu wajah baru yang total dengan memakai pendekatan reflektif yang mencoba mengungkap kesadaran subjek penelitian akan realita kehidupan yag mereka alami.
            Secara sederhana wacana diatas dapat dipilih menurut dua garis. Pertama menurut sikap terhadap pendekatan ekonoi pasar. Kedua, menurut urutan kemunculan dan basis paradigmanya. Berdasarkan garis pertama dapat ditemukan dua aliran, yaitu aliran yang menerima dan menolak keuniversalan teori-teori ekonomi pasar. Berdasarkan garis kedua dapat ditemukan dua aliran, pertama, antropologi ekonomi klasik. kedua, antropologi yang berbasis pendekatan personal. Diluar ketiganya terdapat antropologi ekonomi yang dibangun diatas pendekatan pos-modernisme.
Paradigma
Pendukung Teori Ekonomi Pasar
Penolak Teori Ekonomi Pasar
Antropologi Ekonomi Klasik
Formalisme
Substantivisme
Antropologi Ekonomi Baru
Kultural Material
Struktural Marxis
neo-Maxis
Ekonomi Personalisme
Ekonomi Politik
Ekonomi Moral
Ekonomi Personal
Post-Modernisme


Antropologi Kesehatan

NAMA            : NOVI PUSPITASARI
NIM                : 3401411157
ROMBEL       : 1 (Satu)
MAKUL         : UAS ANTROPOLOGI KESEHATAN
BUDAYA JAWA PANTANGAN MAKAN BAGI IBU HAMIL DAN PASCA MELAHIRKAN DI KABUPATEN REMBANG
           
                Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan tradisi. Keberagaman kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan, persalinan dan nifas. Bahkan  ada mitos yang dipercayai sebagai suatu kebenaran karena pengalaman orang lain. Mitos yang sudah sejak lama diyakini oleh masyarakat Jawa khususnya di daerah kabupaten Rembang yaitu adanya suatu larangan memakan makanan yang enak bagi ibu hamil dan pasca melahirkan. Pantangan ini bersumber pada keyakinan akan suatu budaya yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan sesuai tradisi yang berkonsep pada kesehatan. Dalam hal ini kebudayaan mempunyai hubungan dengan kesehatan dalam hal pencegahan serta pengobatan penyakit, meskipun dalam prakteknya masih dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional yang barbau mistis.
Menurut Anggorodi (dalam Rachman, 2010) Konsepsi budaya masyarakat mengenai pantangan ditujukan untuk menjaga keselamatan bayi dan ibu. Namun alasan yang dikemukakan mengenai perilaku pantang makan sering tidak bersifat logis, maupun bersifat simbolik dan sebagian mencerminkan asosiasi antara jenis tanaman atau hewan yang dipantang dengan kondisi atau konsekuensi yang diperkirakan, yang sifatnya asosiatif. Sebagian masyarakat tidak memahami alasan memantang makanan tersebut dan hanya melaksanakan karena alasan takut untuk menunjukkan kepatuhan kepada adat dan orang tua.
Di Indonesia kasus tentang angka kematian ibu cukup tinggi. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (46,7%), eklampsia (14,5%), dan infeksi (8.0%) (Djaja et al, 1997). Kebanyakan disebabkan karena ibu hamil ditolong oleh dukun tidak terlatih atau oleh anggota keluarga, aborsi tidak aman, tidak tersedianya pelayanan kebidanan untuk kondisi darurat serta asupan gizi saat hamil dan pasca melahirkan. Permasalahan tentang asupan gizi bagi ibu hamil dan pasca melahirkan menjadi masalah besar karena berkaitan dengan budaya dan sistem medis modern. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang sehingga akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
Kebiasaan makan ibu hamil dan pasca melahirkan sangat dipengaruhi lingkungan yang didasarkan atas konsepsi budayanya. Makanan dalam pandangan sosial budaya memiliki makna yang lebih luas dari sekedar nutrisi, melainkan terkait dengan unsur-unsur kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan, dan ketentraman. Kategori makanan bagi ibu hamil dan pasca melahirkan berkenaan dengan pandangan budaya tentang makanan yang dianggap baik sehingga harus dikonsumsi, maupun yang dianggap dampak buruk bagi ibu sehingga harus dihindari. Makanan yang dianggap dapat memberikan dampak buruk umumnya disebut sebagai pantangan makan. (Swasono, 1998). 
Mitos telah menjadi adat istiadat yang turun temurun, menjadi hal yang biasa yang sangat mereka yakini. Tidak sedikit mitos yang tidak layak diyakini, namun ternyata banyak pula mitos yang dapat dinalar, diterima akal dan ada faktanya. Pantangan yang didasari kepercayaan pada umumnya mengandung simbol atau nasihat yang dianggap baik ataupun tidak baik, lambat laun menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikomsumsi. Pantangan makan yang mereka lakukan masih bersifat negatif karena mereka tidak tahu betul apa yang mereka lakukan. Kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikutan dan menuruti nasihat orang tua atau Ibu mertua dan dukun bayi setempat. Pantangan makan Ibu hamil dan pasca melahirkan di daerah Rembang cukup banyak, walaupun tidak semua kebanyakan di patuhi, tetapi tidak bagi mereka yang masih mempercayai kepercayaan turun temurun dari nenek moyang mereka yang mereka ketahui dari ibu kandung atau ibu mertua masih melakukan praktek pantangan makan.
Beberapa kepercayaan yang ada di masyarakat Rembang bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak, serta larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nanas dan ketimun. Sementara Wibowo (1993) menjelaskan bahwa di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dari keyakinan tersebut menjadikan ibu kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan rendah dan ini menambah angka kematian ibu di Indonesia semakin tinggi. Padahal kebutuhan gizi yang cukup sangat dibutuhkan bagi ibu hamil dan pasca melahirkan guna memulihkan stamina tubuhnya.
Dalam bidang kesehatan modern ibu pasca melahirkan justru pemenuhan kebutuhan protein semakin meningkat untuk membantu penyembuhan luka baik  pada dinding rahim maupun pada luka  jalan lahir yang mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka. Tanpa protein sebagai zat pembangun yang cukup maka ibu nifas akan mengalami keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh kurang akibat pantang makanan bergisi. Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu pasca melahirkan sebaiknya mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila ada. Kecuali bila alergi dengan ikan laut tertentu atau alergi telur sejak sebelum  hamil maka sumber protein yang menyebabkan alergi tersebut dihindari.

Analisis Teori
Menurut Foster dan Anderson (1986), Budaya mempunyai peran penting terhadap kebiasaan makan terhadap masyarakat setempat. Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan berakibat pada kebiasaan makan serta berakibat pula pada kondisi gizinya. Bagi antropologi kebiasaan makan sebagai sesuatu yang sangat kompleks karena menyangkut tentang cara memasak, suka atau tidak suka serta adanya berbagai kepercayaan dan persepsi mistis atau takhayul yang berkaitan dengan kategori makan, produksi, persiapan dan konsumsi makanan. Masalah kesehatan selalu berkaitan dengan dua hal yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling tidak interaksi antar pasien dengan si penyembuh, apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan ke dalam dua golongan yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakit-penyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-lain termasuk dalam golongan personalistik. Sementara yang termasuk dalam golongan naturalistik adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain. 
Dari sudut pandang sistem medis modern adanya persepsi masyarakat yang berbeda terhadap penyakit seringkali menimbulkan permasalahan. Masih adanya kepercayaan terhadap makanan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan pasca melahirkan di daerah Rembang sehingga diharuskan untuk berpantang makanan pada Ibu hamil dan pasca melahirkan dianggap salah kaprah di dunia medis modern. Makanan yang baik berdasarkan budaya pada suatu tempat adalah makanan yang tidak membawa dampak buruk pada kesehatan Ibu dan calon bayinya, meskipun makanan tersebut mempunyai kandungan gizi yang cukup untuk kesehatan Ibu hamil dan pasca melahirkan. Dengan melakukan sejumlah pantangan makan bagi ibu hamil dan pasca melahirkan diyakini akan dapat mengembalikan kesehatan bagi ibu. Sedangkan dalam sistem perawatan penyakit sebagian ibu hamil dan pasca melahirkan masih mengkonsumsi jamu dan ramuan-ramuan tradisional karena diyakini dapat menjaga kesehatan Ibu, memperlancar ASI dan mempercepat proses penyembuhan Ibu pasca melahirkan.


DAFTAR PUSTAKA
Djaja, S. et al. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga: Pola Penyakit Penyehab Kematian Maternal dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Maternal di Indonesia. Depkes-Balitbangkes, Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Rachman, Watief A. 2010. Perilaku Ibu Dalam Perawatan Kehamilan Dan Pertolongan Persalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkajene Kabupaten Sidrap. Universitas Hasanuddin. Makassar
Swasono, M. F. (1998), Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta: UI-Press.

Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian Wanita FISIP UI : Jakarta